Syaikh Muhammad Al-Imam Dikunjungi Metro TV 01

 بسم الله الرحمن الرحيم

Berikut transkrip wawancara antara Syaikh Muhammad Al-Imam pimpinan dan pengasuh Darul Hadits  - Ma’bar, Yaman dengan rombongan dari Metro TV. Terselenggara pada tanggal 01 Februari 2012, di ruangan Syaikh di Darul Hadits Ma’bar.

Yang hadir di tempat tersebut adalah Syaikh beserta dua pendamping (salah satunya putra kedua beliau). Dari pelajar WNI ada enam orang. Dan dari Metro TV adalahJosua JohanEdward A.RAhmed Munzir Al-Ghazali, dan Panji Dewanata.

Dan ada seorang reporter wanita (Desi Fitriani) melakukan pertemuan terpisah bersama dua santriwati Indonesia dan dengan Istri Syaikh beserta keluarga beliau yang lain.

Sebenarnya ada satu penterjemah, namun suaranya kami hilangkan dan tidak kami transkrip, kami mencukupkan dan sengaja menyajikan pertanyaan asli dari Metro TV.

Wawancara tersebut sebagai berikut:


Johan: Kita cukup bergembira Syeikh dan kawan-kawan bisa meluangkan waktu untuk kita bertemu dan kita dari shanaa sampai sini, banyak yang kita lihat budaya-budaya muslim yang ada disini. Jadi kunjungan kami kesini saya Johan, Pak Eed, Pak Ahmed dan Pak Dewa dari Metro TV pada intinya mau melihat kondisi warga Negara Indonesia yang sekolah dibanyak tempat di Yaman ini,  karena beberapa waktu yang lalu kita mendengar warga Negara kita disini ada yang terancamlah gitu dalam kondisi terjebak dalam segala ancaman, jadi kita ini sebenarnya mau lihat seperti apa sebenarnya warga Negara kita, ternyata ada banyak tempat dan diantaranya di ma’bar ini, untuk itulah kami mau berkunjung kesini sekaligus bersilaturahmi dengan Syeikh, kira-kira disini ada berapa orang warga Negara Indonesia yang sekolah di mabar ini.

Syaikh: Segala puji bagi Allah تعالى. Dan aku bersaksi bahwa tiada ilah yang benar kecuali Allah تعالى semata tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah تعالى, semoga shalawat dan keselamatan selalu tercurah pada beliau, keluarga beliau, dan para shahabat beliau.

Pertama, selamat datang dengan kemudahan kepada saudara-saudara yang berkunjung kepada kami untuk berziarah -sebagaimana mereka katakan-, juga untuk melihat secara langsung keadaan para pelajar dari Republik Indonesia yang berada di tempat kami. Selamat datang kepada mereka.

Adapun terkait jumlah pelajar (Indonesia) yang berada di sini, maka hal ini datanya ada pada penanggung jawab para pelajar yang datang dari luar Yaman, karena tercatat dalam daftar yang ada pada dia. Adapun saya, hal tersebut bukan bagian saya. Anak saya (yang pertama) Abdurrahman adalah yang diamanahi tugas tersebut, para pelajar tersebut datang ke dia dan dia mencatatnya, menerimanya dan menjelaskan kepada mereka metode belajar kita. Maka tidak mengapa untuk dipertanyakan hal ini kepada Nak Abdurrahman -semoga Allah تعالى menjaganya-.

Johan: Dari banyaknya jamiah yang ada di Yaman ini kira-kira apa beda atau yang spesifiklah di jamiah ini di perguruan ini dibandingkan dengan jamiah-jamiah yang ada di Yaman lainnya atau di tempat-tempat lain, apa yang khusus perbedaannya disini yang mungkin membuat ketertarikan juga dari teman-teman dari Indonesia untuk sekolah disini.

Syaikh: Perbedaan antara belajar di Darul Hadits -yang dengan keberadaannya Allah تعالى memuliakan penduduk Yaman pada zaman ini- dengan belajar di Kampus atau kuliah dan seterusnya sangatlah besar. Perbedaannya besar dan luas.

Pertama: Belajar di Darul Hadits adalah mempelajari agama, Al-Qur’an dan As-Sunnah, beserta bahasa Arab (sebagai kunci memahami Al-Qur’an dan Hadits). Atau kalau mau kita sebut: Mempelajari Al-Qur’an dan Hadits beserta semua ilmu alat yang mendukung untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits.

Maka belajar di sini hanya terkhusus dengan pengetahuan agama Allah تعالى, penyebarannya, menyeru masyarakat kepadanya, dan istiqamah di atasnya. Entah dalam bentuk menulis buku, menyampaikan bantahan pemberi kerancuan, dan membela agama ini. Belajar di tempat kami adalah belajar agama semata, pelajaran agama dari awal sampai akhirnya.

Pelajaran di Universitas dan semisalnya, materi ilmunya campur aduk. Telah disusupi berbagai pengetahuan yang merusak, telah disusupi berbagai ilmu filsafat, dan berbagai ilmu sebagian kelompok dan sekte sesat, apa saja yang telah masuk.

Demikian juga, maksud kita belajar adalah -pertama- agar kita bisa memperbaiki diri-diri kita, kemudian kita berusaha untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin sebatas yang kita mampu untuk kita tempuh. Maka maksud yang mulia dan tuntutan yang agung inilah yang menyejukkan dada kita, dengannya cita-cita dan ketakwaan kita mejadi tinggi, semua ini disebabkan tekad yang ada. Kalau begitu, hendaknya seseorang mencari ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat, yang dengannya semua kondisi keagamaan dan duniawinya menjadi baik, kondisi duniawi dan akhirat.

Oleh karenanya, Imam Ad-Darimy dan Ibnu Abdil Barr serta lainnya  meriwayatkan dari Imam Besar Ibnu Syihab, bahwa beliau berkata: “Para ulama kita berkata: “Ilmu itu sebab tegak dan terangkatnya agama dan dunia, dan hilangnya ilmu menjadi sebab hilangnya agama dan dunia.” Yang dimaksud adalah ilmu syar’i.

Maka kita juga demikian memahami, bahwa ilmu syar’i itu menjadi sebab tegaknya agama dan sebab baiknya dunia. Dan mengabaikan ilmu syar’i atau meninggalkan secara keseluruhan atau meninggalkan sebagiannya atau tidak peduli dengan ilmu syar’i dan penyebarannya, maka ini merupakan sebab terbesar terjatuhnya kaum muslimin ke dalam kekacauan, kekacauan dan berpengaruh terhadap kehidupan agamanya dan kehidupan duniawinya.

Maka kita memilih untuk diri-diri kita semua hal yang diajarkan oleh Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah Nabi kita صلى الله عليه وسلم, yang mana para ulama pendahulu telah bergegas merengkuhnya. Namun bersamaan dengan ini kami tidaklah mengharamkan ilmu yang mubah (boleh secara syar’i), yaitu dari ilmu dunawi, seperti ilmu kedokteran, teknologi, dan ilmu yang lain yang memberikan manfaat duniawi, kami tidak mengharamkannya.

Hanya saja kami melihat ilmu-ilmu duniawi ini lebih dikejar melebihi batas yang dianjurkan. Sementara ilmu syar’i banyak dari kaum muslimin dan putra-putrinya yang meninggalkan ilmu syar’i ini kecuali sedikit orang saja. Apa saja di samping ilmu-ilmu selain ilmu syar’i maka terkadang pemilihan dan pengejaran tersebut untuk ilmu-ilmu yang lain.

Termasuk diantara perbedaan yang ada, bahwa ketertarikan di universitas itu lebih memilih dan mengejar ilmu selain ilmu syar’i. Contohnya mengejar pelajaran bahasa asing seperti Inggris dan selain itu, dan lebih menjadikan ilmu syar’i itu pengikut (atau kalau ada waktu). Tidak ada yang memberikan perhatian khusus terhadap ilmu syar’i kecuali sedikit orang.

Ini kurang lebih tiga perbedaan yang kita sebutkan antara belajar di tempat kami dan belajar di universitas yang lain.

Johan: Tadi Syeikh menyampaikan ada juga jamiah-jamiah lain di Yaman ini yang memberikan pelajaran kesesatan, itu seperti apa contohnya? Bisa dijelaskan?

Syaikh: Saya berbicara tentang apa yang terjadi di tempat kami di Yaman. Dan aku kira di tempat selain Yaman -kecuali jarang- keadaannya seperti ini atau bahkan lebih parah. Yaitu (pelajaran yang berisi perusakan agama) seperti filsafat yunani pada beberapa bidang, entah perkara yang terkait dengan perkara ketuhanan (atau yang lainnya). Adapun ajaran-ajaran yang lain seperti aqidah sekte Asy’ariyah, aqidah sekte Mu’tazilah, aqidah sekte Jahmiyah, maka semua adalah hal-hal yang banyak terdapat pada buku-buku sekolahan. Seperti adanya keyakinan bahwa Al-Qur’an itu makhluk (bukan ucapan Allah تعالى). Berbagai aqidah yang semisal ini banyak terdapat pada buku-buku tersebut.

Johan: Apakah dikampus ini siswa-siswa WNI ada diberikan pelajaran-pelajaran, seperti perang atau bawa senjata (nembak), tadi kita lihatkan ada yang bawa senjata, kan ditempat kita cukup jarang seperti itukan? Apakah disini WNI ada juga dilatih dalam pelajarannyalah di jamiah sini, kurikulumnya begitu atau mungkin tidak dikurikulum, apa mungkin ada pelajaran tambahanlah, mungkin kumpul-kumpullah begitu, apakah ada seperti itu?

Syaikh: Tidak ada hal itu di tempat kami. Tidak ada pelajaran pelatihan senjata untuk orang asing. Bahkan pelajar yang berasal dari luar Yaman kami katakan pada mereka: “Kalian tidak butuh untuk memegang senjata, karena kalian tidak ada kepentingan terhadapnya. Dan kami dengan izin Allah تعالى akan menjaga Darul Hadits ini. Kalian tidak membutuhkannya.

Karena mungkin saja sebagian orang asing beranggapan: “Saya butuh senjata.” (Orang asing di Ma’bar ada yang dari Somalia, Indonesia, Perancis, Jaza’ir, Amerika, Kamerun, Nigeria, Etiopia, Mali dll).

Namun kami mengatakan: “Kamu nggak butuh. Karena hal ini justru akan mengundang pengawasan intelijen (sehingga kalian ditangkap dan kamu justru tidak bisa belajar). Karena tuduhan yang ada sekarang ini, bahwa warga selain Yaman ini datang sebagai teroris, atau yang semislanya.

Kami memberikan arahan (serta mempersyaratkan) kepada pelajar asing yang ingin belajar di tempat kami, bahwa mereka akan aman di tempat kami, mereka akan tenang dengan izin Allah تعالى, bisa istirahat dengan tenang dengan izin Allah تعالى, dan juga mereka itu tidak butuh kepada senjata.

Ini yang ada terjadi di tempat kami (mereka tidak boleh dekat-dekat senjata), apalagi mau dikatakan kami mengajari mereka. Kami memandang hal ini tidak diperlukan untuk mereka. Itu (mengajari senjata) bukan misi kami, bukan pula tujuan dan tuntutan kami.

Bahkan seperti yang kalian dengan kami katakan pada mereka: “Kalian tidak perlu memegang senjata. Carilah ilmu syar’i dan curahkan waktu kalian untuk itu. Ini yang kami bimbingkan kepada kalian, dan ini yang akan klian ambil manfaatnya.

Dan Alhamdulillah.

Johan: Indonesia itukan masyarakatnya banyak suku banyak agama, terus kalau nanti santri-santri atau murid-murid yang ada disini kembali ke Indonesia itu setelah selesailah mengikuti disini, apa harapan dari Syeikh ini? Untuk para santri yang lulusan dari ma’bar ini jika mereka kembali ke Indonesia?

Syaikh: Kami mengajari para pelajar dan berharap dari mereka agar Allah تعالى menjadikan mereka bermanfaat. Yaitu agar mereka menyeru masyarakat untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah, agar masyarakat yang melenceng dari Al-Qur’an dan Sunnah kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta mengamalkannya. Kami katakan kepada para pelajar agar berdakwah menyeru masyarakat kepada Allah تعالى dengan cara yang baik. Karena Allah تعالى berfirman;

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan bijak dan peringatan yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:125)

Maka kami menyeru -sebatas yang kami mampu- kaum muslimin agar berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Dan Allah تعالى akan menjadikan hal itu bermanfaat. Kalbu manusia itu ada di tangan Allah تعالى. Dan Allah تعالى adalag Dzat yang memberikan petunjuk kepada para hamba.

Dan Alhamdulillah, telah terjadi banyak kebaikan dengan bergeraknya para pelajar untuk memberikan nasehat kepada masyarakat dan untuk menyeru mereka untuk menambah bekal kebaikan. Dan para pelajar juga menyeru mereka agar menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan syari’at Allah تعالى, berupa kebid’ahan, dan hal-hal yang lebih para dari itu. Hanya kepada Allah تعالى kita meminta tolong.

Ini yang kami harapkan dari para pelajar, dan ini yang kami arahkan (ajarkan) untuk mereka lakukan sesuai dengan kadar kemampuan mereka.

Johan: Beliau terkait dengan ketaatan kepada pemerintah tadi, Negara kitakan mengakui adanya agama-agama tadikan? Jadi tidak masalah, jadi intinya tadi Syeikh sampaikan syiar agama tetap tapi dengan hikmah. Apa kaitan pesantren disini dengan yang di dammaj karena kita nggak dikasi ke dammaj sama pemerintah Yaman, jadi kita mau kesana tidak boleh sama pemerintah Yaman, tapi kesini boleh, apa hubungan disini dengan disana apa ada beda atau sama, atau bagaimana?

Syaikh: Hubungan kami dengan Dammaj? Bahwasannya dakwah kami satu, dan kami juga sering kontak dengan mereka.

Adapun terkait larangan pemerintah Yaman, maka mungkin terjadi karena adanya kekhawatiran di jalan. Kalau tidak, maka dulu beberapa pihak dari kalian (Dubes dan jajaran KBRI) telah pergi ke sana. Entah pada zaman Syaikh Muqbil Al-Wadi’iy (Pak Dubes waktu itu ke sana), demikian juga saya kira pada zaman Syaikh Yahya ini.

Maka larangan dari pemerintah ini, mungkin sebagai akibat dari adanya bentrokan dan keributan atau pencegatan di jalanan.

Abdullah putra Syaikh: Bagaimana kondisi Dammaj sekarang ini?

Syaikh: Sekarang keadaan telah tenang dan pengepungan / blokade telah dibuka. Orang-orang keluar masuk ke Dammaj. Ada yang telah pergi ke Dammaj dan telah keluar dari Dammaj. Kondisi tenang. Dan kita memohon kepada Allah تعالى agar melanggengkan kenikmatan dan kebaikan-Nya.

Eed: Jadi ma’bar sama dammaj sama pendidikannya, sama pelajarannya atau kurikulumnya sama, terus bagaimana pendapat Syeikh tentang fatwa dari Syeikh yang di dammaj itu untuk santri-santrinya mengangkat senjata mempertahankan diri, kalau boleh tahu pendapat Syeikh bagaimana?

Syaikh: Semoga Allah تعالى memberikan barakah pada kalian.

Terkait dengan pembelaan terhadap kehormatan, jiwa, harta dan agama bagi orang yang dizhalimi dan dianiaya, maka hal ini adalah hal yang disyari’atkan dalam agama, dan ini juga hal yang disepakati oleh syari’at. Ini dari tinjauan sayari’at.

Demikian juga secara undang-undang dan adat kebiasaan internasional, bahwa pembelaan terhadap jiwa dan kehormatan itu dibenarkan bagi orang yang terzhalimi, dia bisa membela diri.

Maka keadaan saudara kita di Dammaj memiliki penjagaan, memiliki pos di gunung Baraqah di atas Darul Hadits Dammaj adalh semata-mata bentuk perlindungan dan penjagaan untuk Darul Hadits, membela Darul Hadits. Dan ini tuntutan yang dibenarakan syari’at.

Hal ini dilakukan karena adanya sebab yang menuntut untuk itu, yang mendorong untuk dilakukan. Yaitu usaha orang-orang Khutsi untuk menyerang dan kezhaliman mereka, gerakan dadakan mereka, dan usaha mereka untuk menumpahkan kerusakan yang besar kepada saudara kita berupa pembunuhan dan semisalnya.

Maka hal seperti ini disebut dengan pembelaan diri akan jiwa, kehormatan, dan agama pada waktu yang bersamaan. Demikian sebagaimana kalian dengar, hal ini dibenarkan secara syari’at, secara adat kebiasaan, dan secara undang-undang internasional. Alhalmdulillah.

Bersambung:


Ditulis ulang dari: thalibmakbar.wordpress.com
Diberdayakan oleh Blogger.