Jangan Berkiblat Kepada Kaum Kafir Barat
Oleh: Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah, Lc. Hafizhahullah
Bismillah...
Sebagian orang jahil dari kalangan kaum muslimin kadang
tertipu dengan kemajuan orang-orang barat yang notabene beragama Yahudi atau
Kristen.
Kemajuan teknologi dan dunia orang barat membutakan mata
kaum muslimin sehingga merasa kecil hati dan minder dengan kondisi mereka yang
terbelakang, dan pada gilirannya kaum muslimin membebek buta kepada kaum kafir
barat, dan bangga dengan segala yang bermerek atau berbau barat.
Kondisi ini semakin diperparah oleh informasi yang
dilancarkan orang-orang kafir bahwa mereka hebat dalam segala hal keduniaan,
seperti teknologi, ekonomi, budaya, pendidikan, teknik perang, politik, dan
lainnya.
Hal ini memberikan opini bahwa apa saja yang dibutuhkan
oleh kaum muslimin, maka mereka harus belajar ke barat. Kondisi mereka sampai
pada titik yang terparah, banyak anak-anak kaum muslimin yang belajar agama Islam
ke barat.
Mengapa harus ke berkiblat barat?
Ini merupakan puncak kebodohan kaum muslimin, mereka
mendorong anak-anak mereka untuk belajar agama
kepada orang-orang barat yang jelas dan nyata bahwa mereka adalah orang-orang
kafir.
Mereka ini yang Allah jelaskan permusuhan dan
kebenciannya kepada kaum muslimin dalam firman-Nya,
{وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى
تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ
اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ
اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (120)} [البقرة: 120]
"Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu". (QS.
Al-Baqoroh : 120).
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tak senang dan ridho kepada
kaum muslimin sampai kaum muslimin mengikuti hawa nafsu dan agama kaum Yahudi
dan Nasrani yang terdapat dalam Taurat dan Injil yang telah mengalami
penyelewengan berupa penambahan, pengurangan, pengubahan, dan takwil batil. [Lihat
Nazhm Ad-Duror fi Tanaasub Al-Ayat wa As-Suwar (1/176) oleh
Burhanuddin Al-Biqo'iy -rahimahullah-]
Kebencian kaum kafir kepada kaum muslimin amat jelas jika
mau menilik Al-Qur'an dan Sunnah serta sejarah kehidupan manusia.
Kebencian dan makar mereka dalam menjauhkan manusia dari
agamanya ditempuh dengan berbagai cara, seperti melalui bantuan sosial dan
kemanusiaan, politik, budaya, dan pendidikan.
Kebencian dan makar mereka terkadang jelas dan terang,
dan terkadang –bahkan sering- tersamar bagi kaum muslimin.
Yang tampak dan jelas, seperti perang dan penjajahan yang
dilancarkan oleh mereka atas kaum muslimin. Perang dan penjajahan itu mengusung
misi penyebaran agama.
Di bawah
penindasan dan kekejaman mereka, banyak diantara kaum muslimin yang
terpengaruh dan lebih memilih pindah agama alias murtad dari Islam menuju agama
Kristen atau Yahudi.
Adapun makar mereka yang terselubung, maka anda bisa
lihat dalam aksi dan trik-trik politik, dan bantuan sosial atau bantuan pendidikan
mereka kepada kaum muslimin.
Banyak diantara kaum muslimin yang tak mencium dan
mengetahui makar kaum kafir barat. Mereka menganggap bahwa segala tindak-tanduk
kaum kafir barat tak ada hubungannya dengan agama yang mereka dakwahkan.
Akhirnya, anak-anak kaum muslimin berlomba-lomba belajar
agama Islam dan lainnya kepada para orientalis dari kalangan kaum kafir Yahudi
dan Nasrani.
Lantas mengapa harus ke Barat? Mengapa harus belajar agama Islam kepada kaum kafir. Tiada lain, kecuali karena kebodohan kaum muslimin tentang agamanya, kurangnya kepercayaan mereka kepada ulama Islam dan lebih percaya kepada orientalis kafir yang siap merusak agama kaum muslimin.
Semua ini mereka lakukan demi meraih titel dan gelar yang
menipu saja. Ketahuilah bahwa titel dan gelar semu yang kita dapatkan, itu hanyalah
bunga-bunga kehidupan dunia yang menipu.
Allah -Ta'ala- berfirman,
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا
نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا
مَدْحُورًا} [الإسراء: 18]
"Barangsiapa
menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka kami segerakan baginya di dunia
apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan
baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan
terusir". (QS. Al-Israa' : 18)
Jika seseorang belajar ke barat, memang akan disediakan
tempat dan kehormatan. Tapi apalah gunanya seorang belajar agama ke barat,
sedang ia menghadapkan dirinya kepada kehancuran agama dan aqidahnya.
Oleh karenanya, sering kita menjumpai para sarjana
keluaran barat, sepulang dari barat, mereka mulai berusaha melakukan
rekonstruksi (perombakan) ajaran agama Islam yang sudah lama terpatri dan
diyakini dalam hati oleh kaum muslimin.
Padahal ajaran agama kita ‘Islam’ didasari oleh petunjuk
Al-Qur'an dan Sunnah melalui penjelasan para ulama Islam dari zaman ke zaman.
Bangunan Islam yang kokoh itu berusaha diobrak-abrik dan
dirobohkan dengan alasan "rekonstruksi". Luar biasa makar kaum
kafir yang merusak Islam melalui tangan anak-anak kaum muslimin yang telah
menimba ilmu dari para orientalis kafir.
Islam yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, bukanlah
bangunan yang membutuhkan rekonstruksi dan pemugaran. Sebab, agama ini telah
sempurna, tak butuh kepada penambahan dan pengurangan.
Hakikatnya yang butuh direkonstruksi adalah pemikiran
para sarjana barat yang tertipu dengan kaum kafir orientalis dalam memahami
agama Islam yang suci ini, dengan cara yang keliru!
Aneh sungguh aneh, kaum muslimin belajar agama kepada
kaum kafir, yang jelas-jelas mereka adalah musuh bagi kaum muslimin.
Padahal Allah telah jelaskan di dalam Al-Qur'an bahwa
jika ada seorang muslim yang fasiq datang kepada kita membawa berita, maka
hendaknya kita berhati-hati dan mengecek kebenarannya.
Allah -Ta'ala- berfirman,
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا
فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات: 6]
"Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu". (QS.
Al-Hujuraat : 6)
Jika seorang muslim yang fasiq saja harus kita periksa kebenaran
beritanya, maka tentunya orang-orang kafir yang menyampaikan berita (yakni,
ilmu agama) kepada kita, pun harus diperiksa baik-baik ucapan mereka, bahkan
harus ditolak!
Tak ada jaminan bahwa apa yang mereka ajarkan, bersih
dari makar dan tendensi jelek. Itulah sebabnya, seorang muslim tak boleh
belajar dan menuntut ilmu agama dari orang-orang kafir.
Oleh karena itu, para ulama sepakat dari zaman Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam-, sahabat, dan seterusnya dalam menolak
hadits-hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang kafir, karena mereka tak
dianggap memiliki 'adalah (kejujuran). Bagaimana mungkin musuh akan
jujur kepada musuhnya?!
Demikian pula, jika kita membuka lembaran sejarah para
ulama kaum muslimin, tak ada diantara mereka yang belajar agama kepada kaum
kafir. Yang belajar kepada, hanyalah mereka yang tersesat jalan hidupnya.
Para ulama salaf dahulu tak mau belajar kepada kaum
munafik atau ahli bid'ah, apalagi kepada kaum kafir. Karena, mereka tahu benar
kaum kafir adalah musuh mereka yang senantiasa melancarkan makar dan
permusuhannya; kaum kafir tak boleh kita percaya!
Allah mengajari kaum muslimin agar jangan mengambil bithonah
(teman kepercayaan) yang mengetahui urusan pribadi kita.
Nah, urusan apakah yang paling penting bagi pribadi kita
dibandingkan ilmu agama yang akan mengarahkan pemikiran, keyakinan dan perbuatan
kita?!
Oleh karenanya, seorang muslim tak boleh mengambil dan
mencari ilmu agama dari para kafir barat dan lainnya. [Lihat
Tafsir Ibnu Katsir (2/106)]
Allah -Ta'ala- berfirman,
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ
دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَاعَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ
الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ
بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ} [آل عمران: 118]
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu.
Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya".
(QS. Ali Imraan : 118)
Ayat ini banyak dilanggar pemuda-pemuda muslim masa kini,
sehingga merekapun akhirnya berlomba-lomba mencari peluang menyelesaikan studi
dan pendidikan agamanya
di Amerika, Belanda, Kanada, Inggris, Australia, dan lainnya.
Mereka amat menaruh kepercayaan kepada musuh-musuh Islam
yang siap merombak dan merusak agamanya.
Lantaran itu, banyak diantara mereka yang pulang ke
Indonesia seusai belajar untuk melakukan perusakan agama.
Dari mereka
banyak muncul pernyataan-pernyataan munafik yang menyayat hati kaum muslimin,
seperti "Jilbab itu budaya Arab", "Cadar itu hanya
untuk kaum yang hidup di gurun pasir", "Islam perlu
di-reknstruksi", "Syari'at Islam adalah zholim", "Semua
agama itu benar, tak perlu dipersoalkan", "Poligami itu adalah
wabah", "Hukum Islam sudah tak relevan dengan perkembangan
zaman", dan lainnya.
Dari mana mereka mengambil statement
(pernyataan-pernyataan) yang berbahaya seperti ini?! Buah dari belajar agama
kepada kaum kafir barat yang amat benci kepada Islam.
Kaum kafir menginginkan Islam dan umatnya hancur dengan memperalat
para pemuda muslim yang lugu dan percaya kepada para dosen dan orientalis kafir
barat tersebut.
Dekade terakhir
ini, para alumni barat hasil didikan orientalis kafir berusaha menyebarkan
paham kufur dan munafiq yang mereka istilahkan dengan "pluralisme",
suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya
kebenaran setiap agama adalah relatif. Menurut para pejuang pluralisme, setiap
pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa agamanya saja yang benar, sedangkan
agama yang lain salah!
Jelas ini batil!!
Paham kafir ini menyelisihi firman Allah -Ta'ala-,
{وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ } [آل عمران: 85]
"Barangsiapa
mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (QS. Ali Imraan : 85)
Ayat ini meruntuhkan paham pluralisme dari
akarnya, sebab ayat ini menjelaskan bahwa tak ada agama yang benar dan diterima
oleh Allah, selain agama Islam yang dibawa oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-.
Syaikh Muhammad Al-Wushobiy Al-Yamaniy -hafizhohullah- berkata, "Barangsiapa
yang tak mau mengkafirkan orang Yahudi, Nasrani, Majusi, musyrik, atheis, dan
lainnya diantara berbagai jenis orang kafir, ataukah ia ragu tentang kekafiran
mereka, atau ia membenarkan agama mereka, maka ia kafir!!". [Lihat Al-Qoul
Al-Mufid fi Adillah At-Tauhid (hal. 46)]
Para
pembaca yang budiman, dari keterangan yang telah kami utarakan, kita telah
memahami bahwa belajar agama Islam kepada kaum kafir adalah perkara yang
terlarang. Sebab, hal itu akan menyebabkan lahirnya ketersesatan dan kerusakan
bagi para pelajar muslim.
Leave a Comment